Tampilkan postingan dengan label _My Love Story_. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label _My Love Story_. Tampilkan semua postingan

Rabu, 07 September 2011

Negative Thinking



Prasangkamu menumbuhkan ketidaknyamanan. Nampaknya, bukan hanya menggerogoti hatimu, namun juga hatiku, bedanya, aku merasa sakit hati, namun kamu merasa tinggi hati.

Air mata hampir tumpah dari pelupuk mataku, ku gigit bibirku, mencoba menggatikannya dengan rasa sakit yang nyata dibibirku, berhasil tidak menangis, tapi tidak lantas sakit di hatiku pindah ke bibirku, andai saja bisa...

Mencintaiku dengan sepenuh hati bukan berarti curiga. Percayalah!

Tidak ada niat sedikitpun, atau terlintas saja dipikiranku untuk menghianatimu, tidak. Jadi aku mohon, percaya pada apa yang kukatakan. Tolong jangan siksa aku dengan ketidakpercayaan itu, dengan prasangka – prasangka buruk itu, dengan tuduhan – tuduhanmu itu, aku tidak melakukannya.

Rasanya sakit..
Apalagi, ketika aku akhirnya mengalah meminta maaf atas perbuatan yang tidak kulakukan. Namun kamu,  kamu gengsi meminta maaf padaku. Kamu tak berkata apa – apa, seperti tak terjadi apa – apa. Sifat burukmu sungguh sangat menyebalkan.

Rabu, 03 Agustus 2011

Pasrahkan Saja


Aku tahu, tak semudah itu membuatmu berubah ke arah yang lebih baik, akupun harus sabar melalui proses itu... Layaknya hendak menikmati makanan enak, aku harus memasaknya sepenuh hati dan dengan sepenuh usaha, bukan perihal yang mudah, bahkan butuh berkali – kali kegagalan untuk dapat sukses menikmati makanan yang menggugah selera.

Kamu tahu? Allah sesuai dengan prasangkamu... Maka berhusnudzonlah...

Pasrahkan segala ikhtiar dan doa kita hanya padaNya, serahkan Perhitungan baik dan buruk hanya padaNya, biar Dia yang pantas menyebutnya Pahala atau dosa, Biar Dia yang memutuskan layak atau tidaknya ibadah kita diterima. Yang penting kita sudah berusaha.

Bila ada noda di didiri kita, maka basuhlah dengan ibadah... Bila kekotoran itu tetap melekat, luruhkanlah  dengan ibadah, tidak bermaksud mempermaikan, tapi setidaknya hidup ini tidak melulu kotor.

Ingatkah kamu...? kita pernah berjanji menuju arah yang lebih baik, semuanya butuh proses dan tentu saja PROGRESS... Terlihatkah sudah sejauh mana niat itu terrealisasi??? Astagfirullah...

Maaf, aku sungguh tidak layak menghakimimu seperti ini, tapi bukan karena aku telah berpuasa ramadhan 2 hari ini, bukan karena tak ada sholat fardu yang kulupakan,  bukan karena tak ada sholat tarawih dan witir yang kulewatkan, bukan karena sekarang aku merasa lebih baik dari kamu. Bukan, Semua karena aku mencintaimu dan ingin kamu menjadi Imam dan tauladanku kelak.

Nikmat yang manakah yang kan aku dustakan?
Tuhan telah memberikan kamu di tengah kegalauan hatiku, Tuhan telah memberikan warna dalam hidup kelamku, Tuhan menyadarkanku melalui kamu, Tuhan menjawab doa - doaku dengan mengirim mu.

Namun, betapa sedihnya aku mendengar kesanksianmu tentang sholat dan puasa hari ini, betapa terpuruknya aku mendengar alasanmu meninggalkan dua Ibadah itu hari ini... Aku sungguh menyayangimu lebih dari diriku... Tapi aku begitu terpukul... Aku ingin kita menjadi lebih baik.

Duhai kekasih hatiku, aku akan tetap berada disampingmu demi mewujudkan niat itu, aku akan menjadi pengingat yang setia untukmu, aku akan menjadi cahaya pada sisi gelapmu, aku akan menjadi lebih baik untukmu. Namun tentu saja, aku butuh dukunganmu.

Ya Allah... Berilah Hamba dan dia kekuatan untuk berada dijalanMu... Amiiinn...

Rabu, 27 Juli 2011

_tQ my BebeH_



Senyum tak pernah hilang dari wajahku siang ini, udara sejuk membelai – belai kulitku, aku tak menyangka, bisa sampai di kota ini, kota yang beberapa bulan ini kerap jadi pertanyaan dalam benakku, kota yang beberapa bulan ini ingin kusinggahi. Jalan menuju kesana meliuk – liuk bak penari Hawaii mengucapkan salam selamat datang padaku. Hmmm.. ini baru awal bisikku dalam hati.

Beeeeeeep.. suara sms berbunyi, kubuka dan kubaca “Kamu nanti turun di depan Polres ya, aku sudah disini...!” sms kekasih hati bak guide menuntun arah tujuanku. Setelah memberitahu tempat tujuanku kepada pengemudi kendaraan yang kutumpangi, aku pun kembali terbuai oleh keindahan alam disana. Pergi ketempat indah hari ini sama sekali tak ada dalam rencanaku, tapi nampaknya Tuhan membuat rencana menakjubkan untukku hari ini.

“Neng, ini Polresnya, neng turun disini.” Suara sang nahkoda angkot membuyarkan lamunanku. “ Oh iya, Makasih pak…” ucapku serta merta melangkahkan kaki keluar.

Tubuh tinggi tegap itu sudah ada disana saat aku turun dari angkot, senyumnya menghapus lelah perjalannanku untuk sampai kekota kelahirannya, kota yang terkenal dengan Tahu sebagai buah tangannya. Yup ! Sumedang – Tandang.

“Ayo kerumahku…” ajaknya, aku sempat ragu, aku takut tidak dapat diterima oleh keluarganya. “ ada siapa aja dirumah?” selidikku, lebih sedikit keluarga yang kutemui, lebih mudah untuk mendekatkan diri pikirku. “ dirumah kumpul semua, saudara – saudara dari pihak ibu dan bapakku pun ada”. DEG… Takuuuuuttt…. Tapi dia berkali – kali mengusir kekhawatiranku, menenangkanku meskipun sedikit menggodaku perihal pertemuanku dengan keluarga baruku kelak. Amin…

Pertemuan itu sungguh diluar dugaaku. Respon keluarganya sangat baik, sebentar saja aku sudah dibuat merasa seperti keluarga mereka sendiri, aku tak merasa kaku atau asing dirumahnya, meskipun kendala bahasa tetap ada. Ya Tuhan, aku sangat – sangat bahagia hari ini, kenimatan yang tak henti – hentinya sangat kusyukuri hari ini.

Pertemuan itu seperti bumbu perekat hubungan kami, entahlah, aku menjadi lebih mencintainya, pengakuan darinya bahwa akulah seseorang yang special dalam hidupnya sudah ku dapatkan dihadapan keluarganya, inilah kali pertama aku merasa sangat bahagia menjadi milik seseorang.

Terimakasih ya Allah.. Sungguh tiada tara nikmat yang kau berikan padaku hari ini.
Terimakasih juga ya bebeh, kamu membuatku sangat – sangat berarti hari ini… I Love You So Much..




Sabtu, 23 Juli 2011

Sederhana Saja


Malam ini aku merasa ada jarak antara aku dan dia, ada jurang yang tak kasat mata, entah apa. Aku merasa tak bisa lagi merengkuhnya seperti dulu, merengkuh ia yang sepenuhnya milikku. Dia tak lagi sama, padahal ia masih duduk disampingku, padahal ia masih mengecup keningku seperti dulu, mengatakan cinta seperti dulu, lalu apa yang tak sama ? Atau karena malam ini ia datang tidak seperti harapanmu, merakyat sama seperti dirimu?  Ya ! ia tak lagi sama sepertiku. Ia lebih tinggi diluar jangkauanku, ia lebih rumit diluar kemampuanku, ia lebih manusia…


Aaarrrghh… Ia bukan lelaki itu, lelaki yang bisa kumiliki tanpa beban seperti waktu pertama kami bertemu, lelaki yang membuat aku merasa dibutuhkan tanpa ia katakan, lelaki yang membuatku nyaman.

Bukan salah dia. Aku yang hanya tak mampu menerima segala kelebihannya (minder -red). Tapi aku tetap mencintainya.

Minggu, 19 Juni 2011

AND IF IT NEVER ENDS, THEN WHEN DO WE START?


L :
“ Aku pikir, kita tidak usah berhubungan lagi. Aku hanya ingin memulai semuanya dari awal, aku ingin melepaskan semuanya, tanpa beban, melepaskan dendam “
P :
“ Dendam? ” tak paham aku…

Tolong digarisbawahi pernyataan Anda. Sayalah yang seharusnya dendam, Saya yang seharusnya sakit hati, Anda akan menikah dengan perempuan lain, tapi anda yang dendam??? Ga salah??

L :
“ Ya. Kemarin aku sempat dendam, karena kamu tak menjaga dirimu ”
P :
“ Aku hanya ingin melupakanmu, itulah caraku. “
L :
“ Sudahlah, tak usah dibahas lagi “
P :
“ Good… kamu bahagia disana, sementara aku menangis”
L :
“ Kamu pikir aku bahagia?, Tidak, tapi aku merasa harus melepaskan
semuanya, memulai sesuatu yang baru, sudahlah… kemarin aku sempat ada masalah dengan pasanganku dan aku tahu, semua karena aku masih menyimpan sesuatu dan tidak concern dengan pasanganku”
P :
“ Oh… jadi akulah sumber ketidak bahagiaanmu??? “
L :
“ Kamu Salah…”
P :
“ O ya? kamu tidak memperjuangkanku “

Tentu saja Saya pikir anda bahagia, anda akan menikahi perempuan lain, mengorbankan saya, tidak memperjuangkan saya dan memilih untuk menyakiti saya dengan meninggalkan saya, meluluh lantahkan hati saya.

Dan pada akhirnya membenci saya karena saya melakukan hal – hal bodoh untuk dapat bertahan diatas kaki saya sendiri, melupakan anda.

L :
“ Maaf… aku lemah … ”
P :
“ Kamu mengorbankanku ”
L :
“ Sudahlah, Aku cape… cape… cape…”

AND IF IT NEVER ENDS, THEN WHEN DO WE START?
Itulah makna yang terbaca dari yahoomessenger’nya sore ini, kelelahan, disorientasi, depresi…
Dia bilang dia lemah dan andai dirinya bukan dirinya. Sebegitu beratkah bebannya?

Ahhh… Saya meyakinkan diri bahwa itu hanya alas an, alas an para brilliant untuk menipu, alas an yang terkesan pintar dan alas an yang membuat siapa saja yang mendengarnya iba.

Saya hanya ingin Anda tahu, Saya kecewa.
Katiadaan perjuangan itu…. Hmmm…. Bukankah cinta mati harus dijaga sampai mati…?????????

P :
“ Aku benci pernah mengenalmu, Aku tidak pernah menyayangimu,
kamu tidak pernah masuk kedalam hatiku dan  kamu tidak pernah ada dalam hidupku…!!! “
L :
“ Kenpa kamu malah mengingkari itu semua…”
P :
" Aku benci kamu. "

Saya benci mengingat dirinya,  saya benci dia begitu dalam masuk kedalam hati, saya benci teramat menginginkannya, saya benci dia dan saya menyesal pernah mengenalnya.

Sabtu, 28 Mei 2011

_New Day Has Come_



Untuk melupakan cinta lama, memang tidak salah menggantikannya dengan cinta yang baru.

The other guy has come…
Awalnya ragu, tapi bukankah kesempatan dan waktu tidak akan kembali lagi? Just take a chance.  Dan sekarang toh keraguan akan kesalahan itu tak terjawab.

Saya hanya berpikir mungkin inilah jawaban Tuhan atas doa – doa saya. Sudah cukup saya menangisi kepergian mantan pasangan saya, jika dia bisa bahagia dan menjalani kembali hidupnya, mengapa saya tidak?

Pelarian? Tentu bukan. Saya hanya mengambil kesempatan untuk bisa kembali menjalani kehidupan saya. Saya tidak akan sembrono mempertaruhkan kebahagiaan saya hanya karena untuk melarikan diri, melampiaskan kesedihan, membalas dendam atau apapun itu, karena sungguhlah sulit untuk mengembalikan hati ke keadaan semula.

Dia mengembalikan senyuman di wajah saya, mengembalikan semangat di hidup saya dan membuat saya kembali merindukan seseorang.

Tuhan begitu baik, memulihkan hati saya begitu cepat tanpa saya duga dan kemudian mengirimkan seseorang untuk saya. Thanksfull God..!!!

Akhirnya...



Tak dapat ku bendung lagi keinginan untuk sekedar mendengar suara miliknya, tawa riangnya atau nada suara manjanya. Aku merindukannya jauh di dasar hatiku. Tak dapat ku mengerti ketika jemariku masih saja lincah memencet nomer telponnya. Beberapa nada sambung teratur menyahut di seberang sana, lama tak ada jawaban, putus asa ku kira dia tidak akan pernah lagi menjawab telponku seperti yang selama ini dilakukannya. Usaha memisahkan aku dengan segala hal tentangnya.

Di detik terakhir terdengar suara telpon diangkat, seluruh tubuhku bergetar, udara dingin menjalari setiap aliran darahku, aku seperti beku, tak yakin bisa mendengar suara itu lagi. Suara dia. “ Halooo…”

4 jam lebih kami bercerita, obrolan kami masih mengalir tanpa canggung, kami masih sama, aku masih sangat mencintainya. Malam ini pun aku tahu, dia benar – benar tak terjamah lagi. Kabar hebat ku dengar sendiri dari bibir yang dulu milikku.

“ Abang akan menikah tahun ini, abang sudah bertemu dengan keluarganya”.
Suaraku tercekat, aku pun serasa tak bisa bernafas. Air mataku menetes perlahan yang kemudian menjadi deras, kututup mulutku agar tak terdengar isakanku olehnya, aku tak ingin merusak kebahagiannya, bagaimanapun aku harus bahagia juga meskipun itu tak akan bisa.

“ Jangan datang kepernikahanku ya..?!” pintanya
“ Kenapa abang? Aku kan ingin datang, aku ingin melihat pernikahanmu” dengan suara senormal mungkin menutupi tangisku

“ Kamu kenapa? Jangan nangis. Inilah yang abang takutkan, klo kamu nangis disana, yakin, abang ga akan jadi nikah.”

Aku tak bisa lagi menyembunyikan perasaan sedih yang membuncah, tak lagi kututupi isak tangisku, aku menangis lagi.

“ ***… ayolah, abang memberitahumu, karena abang pikir kamu sudah mengalami masa yang berbeda setelah kita pisah, dan abang pikir kamu sudah bisa lebih baik.menyikapi kabar ini”

Aku berusaha meredam tangisku. Dengan suara sengau aku menjawab “ Aku tidak pernah baik – baik aja abang, aku berusaha mengerti, aku berusaha melupakan semua tentang kita, aku juga maunya melupakan kita, sangat ingin, tapi aku belum bisa.”

Dalam diam sungguh aku ingin membunuh diriku sendiri, aku sungguh benci diriku yang tak juga mau mengerti. Bukankah aku mencintainya sepenuh hatiku? Bukankah aku ingin dia bahagia? Tapi kenapa aku masih saja membuatnya risau akan diriku sendiri? Harusnya aku menunjukan kalau aku baik – baik saja, aku bisa bahagia melihat dia bahagia. Tapi aku sungguh tidak bisa hidup tanpa dia. Aku nestapa.

Aku tak bisa memejamkan mataku, terakhir telpon terputus, yang ku ingat aku berjanji untuk tidak mengganggu hubungannya dengan perempuan pilihannya. Aku harus berjanji padanya, pada diriku dan pada Tuhanku.

Tak ada lagi peganganku kecuali Tuhan. Tuhanlah yang akan menguatkanku. Yang akan menolongku. Ya Allah… Tolong aku…

Dont Go....!!!


“ Jangan pergi… “ igaunya. Aku tak tahu apa yang sedang di impikannya, dia menarik tanganku, merapatkan tubuhnya kearahku, memelukku erat seolah benar – benar tak ingin di pisahkan. Aku pun merapatkan pelukanku, aku sesak, tapi aku tak ingin beranjak, tak ingin kejujuran ini hilang dari hubungan kami. Kujujuran yang bersumber dari alam bawah sadarnya yang tulus, aku tahu itu.

Hari itu pertemuan kali pertama kami setelah berpisah selama 2 bulan, aku sangat merindukannya, aku masih tak percaya kami dapat bertemu lagi setelah perpisahan itu. Tak ada perasaan cinta yang terkikis sedikitpun. Dia masih orang yang kucintai.

“ Aku senang kamu ada bersamaku lagi, ada dikamarku, memelukku, tapi pernahkan kamu merasa lelah dan bertanya sampai kapan kita harus seperti ini?, ayolah bisakah, kamu saja yang menjadi istriku.“ hatiku ciut mendengar kata – katanya, kata yang ku dengar dari orang yang sangat aku inginkan jadi pendampingku.

“ Bang, bisakah kita tidak membahas hal itu dulu? Aku hanya ingin menikmati hari ini, bersamamu, aku tak mau membicarakan hal ini dulu. “  kilahku.

“ Aku tahu, aku hanya tak ingin terus – menerus memikirkan masalah ini, jika kita menikah, tak ada lagi yang akan kupikirkan, semuanya akan lebih mudah ”. Aku hanya memberikan jawaban dengan senyuman. Karena aku tahu, dia tahu jawabannya. Lalu dia menambahkan kata – katanya seolah manuver senyumanku berhasil menyadarkannya

 “ Aku yang salah, harusnya tak kuberi kamu ruang lagi dalam hatiku, tak kuangkat telponmu, tak ku balas smsmu, kamu terlalu baik, terasa sekali setiap pulang kerja aku merasa kesepian, tak ada tempat untuk menceritakan kejadian dikantor, atau sekedar sharing kegiatan kita sehari – hari”

       Aku memandangnya, dia duduk di sampingku, kutatap air mukanya dalam, hatiku menangis, tak ingin dia pergi lagi, tapi aku pun tak bisa menahanya lagi.
“ Kalau berbicara salah, aku yang salah, aku yang terus menghubungimu, aku yang masih saja tidak rela hubungan kita berakhir mesipun tak ada jalan lagi untuk kita” sungguh aku tak ingin dia menyalahkan dirinya atas ketidakberhasilan hubungan kami. Bisakah kita berhenti membahas ini? Saat bersamamu sekarang, aku hanya ingin menikmati waktu kita “. Dia Tersenyum, memandang dan memelukku.

Malam itulah yang ku ingat sebagai malam terakhir kami, malam terakhir aku memandangnya tertidur dengan desahan nafas naik turun yang teratur, malam terakhir aku dapat mencium aroma tubuhnya yang tak akan pernah terlupakan, malam terakhir aku melihatnya, malam terakhir kami tidur saling berpelukan. Tak ada malam itu lagi meskipun harus kugantikan dengan bayaran mahal, tak ada malam itu lagi walaupun aku pertaruhkan hidupku.