Minggu, 19 Juni 2011

AND IF IT NEVER ENDS, THEN WHEN DO WE START?


L :
“ Aku pikir, kita tidak usah berhubungan lagi. Aku hanya ingin memulai semuanya dari awal, aku ingin melepaskan semuanya, tanpa beban, melepaskan dendam “
P :
“ Dendam? ” tak paham aku…

Tolong digarisbawahi pernyataan Anda. Sayalah yang seharusnya dendam, Saya yang seharusnya sakit hati, Anda akan menikah dengan perempuan lain, tapi anda yang dendam??? Ga salah??

L :
“ Ya. Kemarin aku sempat dendam, karena kamu tak menjaga dirimu ”
P :
“ Aku hanya ingin melupakanmu, itulah caraku. “
L :
“ Sudahlah, tak usah dibahas lagi “
P :
“ Good… kamu bahagia disana, sementara aku menangis”
L :
“ Kamu pikir aku bahagia?, Tidak, tapi aku merasa harus melepaskan
semuanya, memulai sesuatu yang baru, sudahlah… kemarin aku sempat ada masalah dengan pasanganku dan aku tahu, semua karena aku masih menyimpan sesuatu dan tidak concern dengan pasanganku”
P :
“ Oh… jadi akulah sumber ketidak bahagiaanmu??? “
L :
“ Kamu Salah…”
P :
“ O ya? kamu tidak memperjuangkanku “

Tentu saja Saya pikir anda bahagia, anda akan menikahi perempuan lain, mengorbankan saya, tidak memperjuangkan saya dan memilih untuk menyakiti saya dengan meninggalkan saya, meluluh lantahkan hati saya.

Dan pada akhirnya membenci saya karena saya melakukan hal – hal bodoh untuk dapat bertahan diatas kaki saya sendiri, melupakan anda.

L :
“ Maaf… aku lemah … ”
P :
“ Kamu mengorbankanku ”
L :
“ Sudahlah, Aku cape… cape… cape…”

AND IF IT NEVER ENDS, THEN WHEN DO WE START?
Itulah makna yang terbaca dari yahoomessenger’nya sore ini, kelelahan, disorientasi, depresi…
Dia bilang dia lemah dan andai dirinya bukan dirinya. Sebegitu beratkah bebannya?

Ahhh… Saya meyakinkan diri bahwa itu hanya alas an, alas an para brilliant untuk menipu, alas an yang terkesan pintar dan alas an yang membuat siapa saja yang mendengarnya iba.

Saya hanya ingin Anda tahu, Saya kecewa.
Katiadaan perjuangan itu…. Hmmm…. Bukankah cinta mati harus dijaga sampai mati…?????????

P :
“ Aku benci pernah mengenalmu, Aku tidak pernah menyayangimu,
kamu tidak pernah masuk kedalam hatiku dan  kamu tidak pernah ada dalam hidupku…!!! “
L :
“ Kenpa kamu malah mengingkari itu semua…”
P :
" Aku benci kamu. "

Saya benci mengingat dirinya,  saya benci dia begitu dalam masuk kedalam hati, saya benci teramat menginginkannya, saya benci dia dan saya menyesal pernah mengenalnya.

Jumat, 17 Juni 2011

" Be a Special "


“ Be a special… Being someone…! “
Dia mencekokan kata – kata itu terus menerus sepanjang Bandung hingga Bekasi… membuat aku muak dan berpikir dia tidak menerimaku apa adanya.

Bukankah menjadi special itu juga bagaimana dia memandangku dengan segala kekuranganku? Dia berkata begitu seolah – olah aku tidak patut dicintai karena aku sudah tidak special lagi. Ya Tuhan… Apa lagi ini??? Aku baru saja berpikir bisa mencintai seseorang LAGI, tapi sudah disodorkan dengan kata – kata “ Being Someone…!” Ckckckck… Hukuman lagi kah ini?

Jujur, kata – kata itu membebaniku, membuatku terus mengingat dan menyesali apa yang pernah kulakukan dan tentu membuatku mengurungkan niat untuk TIDAK mulai mencintai dia dan memilih untuk menemukan seseorang yang pada akhirnya berkata “ Aku tidak peduli masa lalumu seperti apa, aku mencintaimu dengan segala kekurangan dan kelebihanmu dan aku yakin kita bisa lebih baik saat kita bersama”.

Bukankah aku sudah pernah melewati masalah yang lebih besar dari ini? Hal semacam ini saja sama sekali tak berarti bagiku, cuma pasir diantara padang pasir.

Rabu, 08 Juni 2011

Questions...


Dulu saya sempat marah, marah dengan Tuhan ( What…???? ), pertanyaan  “ mengapa begini? “ tidak pernah hilang dalam pikiran saya.


Mengapa saya harus dipertemukan dengan seseorang bila akhirnya dipisahkan?
Mengapa saya harus begitu mencintai, mengapa dia begitu baik tapi bukan untuk saya?
Mengapa saya harus saling mencintai dengan orang yang berbeda?
Mengapa tidak boleh menikah dengan orang yang berbeda Imannya?

Saya terus marah, saya terus bertanya, saya terus membantah, saya terus berpura – pura. Saya marah dengan Tuhan karena tidak dapat merengkuh sisa kehidupan dengan dia, saya terus bertanya kenapa Tuhan tidak menjodohkan saya dengan dia, saya terus membantah bahwa sikap saya adalah benar dengan mempertanyakan mengapa, saya terus berpura – pura bahwa kami bisa melewati semuanya tanpa dukungan siapapun termasuk tanpa restu Tuhan didalamnya.

Namun pada akhirnya saya memang harus menyerah. Tuhan berkehendak sesuai untuk kebaikan saya.

Tuhan mempertemukan saya dengan dia untuk menjadikan saya lebih matang bersikap, lebih dewasa dalam menyelesaikan masalah, lebih pintar dan ikhlas menghadapi kehilangan, lebih menghargai, menyanyangi dan bersyukur akan apa yang sudah menjadi milik saya dan tentu saja Tuhan bermaksud menyiapkan diri saya yang sebaik – baiknya untuk jodoh yang baik, yang telah lama disiapkanNya untuk saya.

Sekarang, saya merasa begitu berbeda, saya sangat bersyukur pernah melalui semuanya. Sekarang, saya merasakan cinta atas alasan Tuhan didalamnya, saya begitu bersyukur merasakan cinta baru yang hadir di kehidupan saya, saya menjaga hubungan yang diberikan Tuhan dengan usaha semampu saya, tapi saya juga tidak mau terlalu khawatir takut kehilangan seperti sebelumnya, saya menjadi lebih iklas menyikapi semuanya.

Ya Allah, ampuni saya jika sebelumnya saya begitu ingkar menghadapi semua cobaan ini, ampuni saya jika saya marah, ampuni saya jika sebelumnya saya tidak bersyukur.

Ya Allah, terimakasih atas pelajaran yang Engkau berikan pada saya. Ya Allah… You are My True Love….

Rabu, 01 Juni 2011

“ You had lost me 5 minutes ago…”


Saya sudah kehilangan dia untuk yang kedua kalinya dan untuk selamanya. Pada kehilangan yang pertama, kami berdua ikhlas dan saya tetap punya 1 harapan yang dapat menguatkan saya untuk bertahan, bisa bersama dengannya nanti setelah kehidupan duniawi. Selama ini dia masih menghargai saya, mencintai saya, peduli dengan kehidupan saya dan mempunyai harapan yang sama untuk dapat saling memiliki kelak. Tapi, malam ini semuanya telah berubah. Dia bilang “ You had lost me 5 minutes ago..”

Saya kehilangan dia, dan ini lebih menyakitkan dari kemarin. Dia membenci saya setelah 5 menit lalu saya memilih jujur mengatakan “ Yes, I did it again”

Saya diam, teringat ketidakberdayaan saya menyelesaikan kesakitan ini, tapi sialnya saya bertahan dengan cara yang salah.

Saya telah mengecewakan dia, orang yang paling saya cintai.

Saya sungguh sangat menyesal. Permintaan maaf saja tidak berarti, saya telah mendapatkan balasan yang setimpal. Saya kehilangan dia.